Rabu, 17 April 2019

kisah Fu Lu Shou


Dewa SHOU yang pertama disebut ada pada zaman Dinasti JIN awal. Pada waktu itu dikatakan Dewa SHOU adalah NAN CIK LAO REN XING = Bintang Kutub Selatan = Bintang Orang Tua. Dari ketiga bintang di atas, yang paling populer adalah SHOU XING (Bintang kutub Selatan), yang hanya dapat dilihat di daerah Tiongkok bagian Selatan saja.

Kemudian, bersamaan dengan semakin banyaknya cerita-cerita yang beredar di dalam masyarakat, akhirnya jadilah Dewa SHOU dengan ciri-cirinya sebagai berikut : “Orang tua yang kepalanya besar dan panjang, berwajah bijak & ramah, tubuhnya pendek, janggutnya putih, membawa tongkat berkepala naga dan membawa buah Xian Dou, dan sering dikelilingi oleh kelelawar dan rusa berbintik-bintik putih”.

Kalau Dewa FU, dalam legenda/cerita masyarakat Tiongkok ada banyak, tetapi yang bisa mewakili adalah BE CIAN, yaitu Jenderal Perang dari Kaisar HAN YUAN (HAN YUAN HUANG DI). Karena jasa-jasanya, maka ketika gugur dalam perang melawan pemberontakan Man Yu, maka oleh Maha Dewa diangkat sebagai Shen/Dewa FU (QING FU ZHENG SHEN).

Nah setelah ada Dewa SHOU dan Dewa FU, masih juga dirasakan adanya kekurangan, maka untuk melengkapinya diciptakanlah sosok Dewa LU yang punya ciri-ciri : “Berwajah tampan dan berseri-seri, tinggi badan semampai, mengenakan jubah hijau daun, kemana-mana selalu diikuti oleh seekor Rusa Sakti”.

Sekarang lengkaplah sudah Dewa FU, LU dan SHOU yang bisa mewakili semua “kebutuhan” masyarakat, yang pada umumnya selalu punya keinginan untuk bisa mendapatkan “REJEKI” yang berlimpah, “KEDUDUKAN” yang berjaya dan “KESEHATAN” yang prima dan berumur panjang

Jadi, menurut Tokoh Agama TAO yang ahli dalam astronomi, FU ; LU ; SHOU, sebenarnya adalah nama-nama yang mewakili rasi bintang tertentu, yang digunakan untuk meramalkan “Rejeki”, “Kejayaan” dan “Kesehatan/Usia” seseorang.

Hal ini ada baiknya juga, untuk selalu menentramkan psikologis masyarakat, supaya selalu punya harapan dan cita-cita, untuk mendapatkan semua yang diinginkannya, bila di rumah memiliki Altar FU LU SHOU



Selasa, 16 April 2019

Dewa Dapur

Sembahyang Dewa Dapur

Dalam kebudayaan tradisional Tionghoa, bagi sebagian kalangan masyarakat keturunan yang masih percaya mengganggap bahwa setiap pada tanggal 23 bulan 12 tahun penanggalan Imlek adalah “Hari Dewa Dapur” atau lebih dikenal dengan sebutan Cao Kung Kong/Zhao Shen.

Siapa sebenarnya Dewa Dapur (灶君宫; Zào jūn Gōng) atau dalam dialek Hokkian disebut Cao Kung Kong itu? Dikisahkan dalam legenda, Dewa Dapur dikirim dari Surga ke Bumi oleh Kaisar Langit. Dewa Dapur bertugas untuk memantau perilaku dan mencatat perbuatan manusia sehari-hari, baik perbuatan yang baik maupun perbuatan yang buruk.

Setiap tahun, sang Dewa Dapur akan naik ke kahyangan dan melapor kepada Kaisar Langit tentang semua kebaikan dan keburukan yang diperbuat oleh manusia, terlebih untuk keluarga yang diawasinya sepanjang tahun tersebut.

Oleh karena itu setiap rumah tangga yang ada tempat sembahyang kepada Dewa Dapur akan membuat upacara persembahan kepada sang Dewa Dapur pada tanggal tersebut dengan tujuan untuk mengantar Dewa Dapur naik ke Langit. Sembahyang kepada Dewa Dapur ini juga sebagai tanda bermulanya sambutan perayaan Tahun Baru Imlek.

Sisa waktu 7 hari menyambut tahun baru Imlek biasanya ada waktu sehari yang dimanfaatkan oleh umat untuk membersihkan altar sembahyang dan rupang/patung Dewa/i, baik yang ada di Kelenteng ataupun di tempat sembahyang (kam) pribadi di rumah.

Pembersihan altar sembahyang dan rupang/patung Dewa/i ini merupakan sebuah simbol tanda bakti yang dimaksudkan untuk menyiapkan tempat yang bersih untuk para Dewa/i ketika kembali turun pada hari ke 4 setelah Imlek nanti. Pembersihan di Kelenteng juga bertujuan untuk mempersiapkan diri karena umat akan mulai ramai datang pada saat menjelang dan sesudah Imlek nanti

Setelah itu pada Hari ke-empat di tahun yang baru setelah Imlek, kembali ditandai lagi dengan suatu upacara persembahyangan untuk menyambut turunnya Dewa-Dewi dari Langit ke bumi. Persembahyangan ini umumnya dilakukan di Kuil/Klenteng, namun ada pula yang melakukan sembahyang di rumah masing-masing.

Upacara sembahyang ini dilakukan sekitar tengah malam menjelang tibanya tanggal 4 (subuh). Tujuan upacara sembahyang ini adalah untuk menyambut kembalinya sang Dewa Dapur dan Dewa-Dewa lainnya dari Istana Langit karena telah selesai membuat ‘Laporan Tahunan’ kepada Kaisar Langit (Yu Hwang Shang Di); untuk selanjutnya kembali bertugas mengawasi jalannya Kehidupan di Dunia ini.

Menurut legenda, Dewa Dapur itu berasal dari jaman Dinasti Qing (1644 – 1911). Saat itu Kaisar melihat ternyata dapur merupakan tempat berkumpulnya para dayang wanita; dimana dari sana sering berkembang gosip dan fitnah di lingkungan istana, sehingga kemudian menyebar keluar dan mempengaruhi ketentraman masyarakat lingkungannya.

Karena itu Kaisar kemudian menitahkan bahwa setiap rumah warga di dapurnya harus dipasang Dewa Dapur. Diedarkan titah yang isinya bahwa Dewa Dapur akan mengawasi, serta mencatat semua omongan serta kegiatan di dapur setiap harinya, lalu pada tanggal 26 bulan 12 Imlek, Dewa Dapur akan naik ke langit menemui Kaisar Langit (Yi Huang Ta Ti), untuk melaporkan semua catatannya mengenai keluarga yang dia awasi (quote dari taobali.org, Lie Ing Sen; dengan pengeditan seperlunya).

Bagi umat yang masih menjalankan tradisi sembahyang menyambut Dewa Dapur ini, mereka sangat percaya bahwa di hari baik inilah para Dewa-Dewi yang baru turun dari Langit akan membawa banyak Berkah yang akan dibagi-bagikan kepada manusia di bumi.

Ritual mengantar dan menyambut Dewa Dapur ini digelar setiap tahun  untuk menyambut Imlek. Seperti kata pepatah, “Ketika Dewa Dapur menyebarkan kata-kata yang baik di Surga, Bumi akan menjadi damai“. Istilah ini sudah tersebar luas di kalangan orang Tionghoa

SEJARAH HOK TEK CENG SIN

SEJARAH HOK TEK CENG SIN ( TUA PEK KONG ) AMURVA BUMI
SEJARAH 
HOK TEK CENG SIN 
( TUA PEK KONG ) 
AMURVA BUMI

  Hok Tek Ceng Sin ( Tua Pek Kong ) di zaman dahulu kala adalah seorang Raja yang adil dan bijaksana.

Tua Pek Kong She Tio, nama-nya Hok Tek, umur 7 tahun sudah belajar bahasa Tionghoa kuno, masa muda ganteng lincah, pintar, dengan Orangtua taat perintah-nya, jujur, senang menolong fakir miskin, suka bergaul, sering ber-komunikasi dengan Petani dan Nelayan.

Waktu umur 36 tahun, Tua Pek Kong menjadi Raja sangat bijaksana, sayang Rakyat seperti Anak sendiri, ter-lebih-lebih Rakyat yang melarat, Tua Pek Kong banyak ber-buat Amal.

Pada Tahun 1236, Raja Terbaik ini meninggal dunia di umur 102 tahun. Manusia zaman dahulu senang memanjangkan jenggot, Tua Pek Kong wafat tiga hari, muka-nya tidak berubah, seperti Manusia masih hidup, Rakyat yang melayat semua kaget.

Tua Pek Kong meninggal ganti Raja yang lain. Raja baru ini sangat tamak dan jahat. Karena punya kekuasaan, Rakyat di-siksa, kalau yang hutang-nya banyak di-hukum masuk penjara.

Rakyat marah di hati tapi tidak berani keluar suara, Rakyat tidak berani bantah. Akhir-nya banyak yang merantau ke Negeri lain. Sawah ladang tidak ada yang urus. Orang-orang Desa semua bingung dan susah. Memikirkan dahulu waktu Tua Pek Kong menjadi Raja, adil dan bijaksana. Orang-orang Desa tidak bisa melupakan riwayat ini.



Ada satu Keluarga miskin, mengharapkan Tua Pek Kong kembali seperti semula memimpin Desa, damai dan makmur, lalu ambil 4 (empat) batu bata. Satu buat atap-nya, 3 (tiga) buat tembok-nya, buat seperti rumah kecil, dalam di-kasih Nama “Hok Tek Ceng Sin”. Pagi dan sore sembahyang memohon, lalu ada yang ambil tempayang kecil pecah taruh di bawah tanah buat tempat pasang hio sua.

Raja Wei suruh Pengawal selidiki. Akhir-nya tahu dan tertawa mengejek-nya. Keluarga miskin itu tidak perduli lalu menjawab, ada uang tinggal di gedung besar, tidak punya uang tidak punya rumah tinggal di tempayang pecah.

Sungguh mustahil sekali Orang yang sungguh-sungguh ber-sujud pada Tua Pek Kong ( Toh Te Kong ) tidak lama menjadi kaya raya, beras, palawija, panen besar, hewan ternak tambah banyak, Manusia selamat dan berkati.

Semua Petani panen besar, Orang-orang Desa yang percaya kepada Tua Pek Kong di-jaga dan di-beri berkat. Orang-orang Desa semua setuju untuk membangun Kelenteng untuk ber-Terimakasih atas Kebaikan Tua Pek Kong.

Kelenteng sudah jadi, banyak Orang yang datang dan Sembahyang. Orang yang jauh juga datang Sembahyang dan mohon. Petani mohon supaya panen banyak, Orang kerja mohon supaya badan sehat selamat, Pedagang mohon dagangan-nya laris, yang memelihara ternak mohon ternak-nya banyak berkembang-biak. Ada yang mohon supaya hidup damai dan makmur. Sungguh, Orang yang sungguh-sungguh mohon akhir-nya terkabul.

Orang-orang yang percaya, di rumah di-buat meja untuk tempat Sembahyang Tua Pek Kong. Pagi sore Sembahyang memasang hio, se-Keluarga damai dan makmur.


Pada Tahun 1242 diberi Nama Tua Pek Kong. Orang-orang yang senang dengan Tua Pek Kong sampai membuat pantun. Karena Tua Pek Kong murah hati sekali sampai mengharukan Makco ( Tien Sang Sen Mu ) Mama Dewa Langit, menyuruh Delapan Dewa jemput Tua Pek Kong ke Surga menjadi Dewa Tanah, menjaga buah Dewa. Lalu kabar ini tersebar ke-mana-mana, Orang-orang Desa tambah percaya dan hormat.


Pertama Orang She Cang panggil Hok Tek Ceng Sin atau Tua Pek Kong. Orang Desa panggil
Toh Te Kong,
Hok Tek Je,
Hok Tek Kong,
Dewa Tempat,
Dewa Tanah,
ada juga menyebut Dewa Belakang Tanah. Akhir-nya Tua Pek Kong, Umat-nya banyak sekali sampai sekarang turun-temurun Ajaran Nenek Moyang kalau ada tanah ada Tua Pek Kong.


Di Negeri Tiongkok di Desa atau Kota di-mana-mana pasti ada Kelenteng Tua Pek Kong, Orang-orang China sebut Dewa Pelindung. Hari-hari Sembahyang Tua Pek Kong yaitu
Cia Gwee Ceh Ji,
Ji Gwee Ceh Ji,
Cap Jig Wee Lak
dan Pe Gwee Cap Go

Bulan 1  Tanggal 2,
Bulan 2 Tanggal 2,
Bulan 12 Tanggal 16,
dan Bulan 15 Imlek


Kita waktu Sembahyang Hok Tek Ceng Sin Kong Kong sekalian Sembahyang Hok Tek Ceng Sin Po Po ( Istri-nya Hok Tek Ceng Sin ) karena Hok Tek Ceng Sin Po Po ada di samping Hok Tek Ceng Sin Kong Kong. Ada Umat yang mengerti pasti sekalian Sembahyang Hok Tek Po Po.


Dewa Macan Putih ( Pai Fu Sen ) dan Dewa Naga ( Lung Sen ) adalah Pengawal setia Hok Tek Ceng Sin Kong Kong dan Hok Tek Ceng Sin Po Po, kita juga harus pasang hio sua mohon. Dewa Macan Putih dan Dewa Naga adalah Dewa yang bijaksana. Kalau ada Orang susah di-ganggui Orang, asal kita sungguh-sungguh mohon pasti di-tolong.

Kalau kita ada problem, setiap pagi dan sore Sembahyang Hok Tek Ceng Sin dan sekalian baca Keng nya 3 kali atau 5 kali ber-turut-turut sampai 3 Bulan atau 6 Bulan sungguh-sungguh ber-sujud pasti mendapat kabulan.


Sebelum kita baca Keng harus membersihkan batin dahulu. Tidak boleh punya pikiran jahat, fitnah, harus ber-Amal menolong siapa saja yang bisa kita tolong, jangan sering membunuh binatang. Kalau punya uang harus sering sumbang untuk Kelenteng atau Lithang atau Vihara. Kalau tidak mengikuti Peraturan di atas, biar ber-doa berapa banyak juga tidak bisa terkabul.

Gong dilakukan di dalam sebuah jembangan air yang telah pecah. Jembangan itu di-balik dan dari bagian dinding yang pecah ditempatkan sebuah Arca Tu Di Gong, dan dianggap sebagai Kelenteng !  Sebab itu ada pemeo di Kalangan Rakyat yang mengatakan :  You Wu Zhu Da Tang, Mei Wu Zhu Po Gang, arti-nya : Kalau ada rumah tinggal di dalam ruangan besar, kalau tak ada rumah jembangan pecah pun jadi !   Kecuali Kelenteng khusus, di Kelenteng-Kelenteng lain, biasa-nya disediakan Altar Pemujaan Tu Di Gong sebagai pelengkap.



Kaum Petani menganggap Hok Tek Cin Sin sebagai Dewa Pelindung-nya. Kaum Pedagang memandang-nya sebagai Roh Suci yang mendatangkan rezeki. Masyarakat umum memandang-nya sebagai Pelindung Keselamatan. Oleh karena itu-lah Perayaan dan Sembahyang kepada Hok Tek Cin Sin paling banyak dilakukan dalam setahun.

Para Petani dan Pedagang di Propinsi Hok Kian, RRC;  Taiwan dan Negara-negara di kawasan Asia Tenggara, setiap Bulan Tanggal 2 dan Tanggal 16 Penanggalan Imlek Sembahyang kepada Hok Tek Cin Sin, agar usaha dan bisnis-nya lancar. Upacara Sembahyang ini disebut  Zuo Ya { Hok Kian = Cuo Ge }.

Sembahyang pada Tanggal 2 Bulan 2 Imlek disebut Sembahyang Awal TahunTou Ya { Thao Ge }.

Kemudian Sembahyang Tanggal 16 Bulan 12 Imlek disebut Sembahyang Akhir Tahun Mo Ya { Be Ge }.


Hok Tek Cin Sin Be Ge berarti Sembahyang kepada Hok Tek Cin Sin di Akhir Tahun ( Penanggalan Imlek ), menyatakan syukur atas berkah panen yang diperoleh dan kelancaran usaha selama Tahun tersebut.

Dalam 1 Tahun Sembahyang Thao Ge dan Be Ge ini dilaksanakan dengan besar dan meriah. Pada saat Hok Tek Cin Sin Be Ge, para Pedagang juga mengundang para Pelanggan-nya ( Pembeli ) dan para Karyawan-nya untuk menghadiri jamuan pesta.


Senin, 15 April 2019

Dewa-Dewi Dalam Agama Tao



Dalam Agama Tao menyembah banyak Dewa-Dewi. Dalam istilah bahasa Mandarin, terdapat dua macam istilah “Dewa” yaitu : Sen (神) dan Sien (仙). Perbedaan dari keduanya adalah :

Sen (Hanzi : 神; Pinyin : Shén) : Adalah sebuah gelar atau jabatan. Yang memberi gelar/jabatan tersebut adalah Ie Huang Ta Ti. Para Dewa-Dewi tersebut tunduk di bawah perintah Ie Huang Ta Ti. Ini dapat kita umpamakan, ada sebuah kerajaan, Ie Huang Ta Ti sebagai Rajanya dan para Dewa-Dewi adalah para menterinya.

Sien (Hanzi : 仙; Pinyin : xiān) : Adalah seorang manusia yang Siu Tao hingga mencapai tingkatan taraf tertentu, sehingga mendapatkan Tao nya; maka kemudian beliau menjadi Sien.

Beberapa Dewa-Dewi utama yang banyak dipuja dalam Agama TAO adalah : Maha Dewa Thay Shang Lao Cin, Er Lang Shen, Ciu Thian Sien Ni, Thian Shang Seng Bo, Kwan Kong, Lo Tjia, Kong Tek Cun Ong, dan lain sebagainya.

Hujan tidak menghidupkan rumput-rumput yang tak berakar,
Dewa-Dewa hanya menyeberangkan manusia-manusia yang penuh kesadaran.

Sabtu, 13 April 2019

Dewa Juga Sulit Menemukan Seorang Manusia Berakhlak Mulia


Ada sebuah cerita mengenai Lu Dong Bin (呂洞賓), salah satu dari 8 Dewa (八仙), yang akan segera menjadi Dewa. Beliau lahir pada jaman dinasti Tang, tahun 796 M. Beliau hendak mewariskan kekuatan gaibnya kepada seorang murid yang tidak mempunyai sifat serakah.


Untuk menemukan murid yang sesuai dengan kriterianya, Lu Dongbin memikirkan sebuah rencana dan merubah dirinya menjadi seorang tua yang menjual kue bola manis.

Ia memasang satu tulisan di kiosnya : 1 koin 1 kue bola, 2 koin makan sepuasnya”.

Banyak orang datang makan kue bolanya hari itu, tetapi tidak ada yang membayar 1 koin untuk 1 kue bola, semua memilih 2 koin agar dapat makan sepuasnya. Hari semakin larut, tiba-tiba datang Seorang anak muda dan membayar 1 koin, memakan satu kue bola manis, lalu segera meninggalkan tempat.

Lu Dongbin merasa senang dengan pembeli tersebut, lalu ia berusaha mengejarnya dan bertanya pada orang itu, “Mengapa Anda tidak membayar 2 koin dan bisa makan sepuasnya?”

Anak muda itu menjawab dengan menyesal, “Saya hanya mempunyai sisa uang 1 koin saja.”

Mendengar jawaban anak muda tersebut, Lu Dongbin mendesah dan terbang ke langit. Setelah itu Beliau tidak pernah menerima seorang murid pun sepanjang hidupnya.

“Bahkan seorang Dewa pun sulit menemukan seseorang yang tidak rakus, dan tidak mempunyai keinginan.”

Di dalam kehidupan sehari-hari, semua orang sibuk memikirkan untuk bertahan hidup dan berusaha untuk hidup lebih baik,hanya ada sedikit orang yang mau berpikir mengapa semua berjalan seperti demikian.

Alasannya sangat sederhana, karena kehidupan telah membuat manusia terbawa oleh keinginan yang berlandaskan nama baik dan kepentingan diri sendiri.

Nama baik adalah sesuatu yang hampa dan bisa memuaskan kesombongan seseorang, sedangkan kepentingan diri sendiri adalah sesuatu yang nyata serta memuaskan keinginan dan kebutuhan kita.

Manusia demi kebutuhan hidupnya, lambat laun telah menjadi egois dengan selalu berpikir pada pencapaian terpenuhinya kebutuhan untuk kepentingan diri sendiri, yang kemudian berubah makin lama menjadi semakin besar.

Tanpa disadari keinginannya menjadi sangat melambung dan pikiran mereka menjadi bodoh dan semakin kacau balau. Manusia tidak ingin menanggalkan keinginannya dan ingin mendapatkan kepentingan diri sendiri lebih, lebih, dan lebih banyak lagi.

Seseorang mungkin saja mempunyai banyak rumah besar, tetapi orang tersebut hanya butuh 1 ranjang untuk tidur.

Begitupun juga seseorang mungkin saja mempunyai banyak mobil mewah, tetapi dia hanya bisa menaiki 1 mobil setiap kali bepergian











Jumat, 12 April 2019

Dewi Tian Shang Sheng Mu [Ma Zu]



Tian Shang Sheng Mu [Hanzi : 天上聖母; Pinyin : Tiān Shàng Shèng Mǔ] dikenal pula dengan sebutan Ma Zu [媽祖] atau Mak Co (dialek Hokkian) yang berarti ‘Ibu yang Suci’. Memiliki nama kecil Lin Mo Niang [林默娘].

Lahir di Meizhou, Fujian, pada tanggal 23 bulan 3 penanggalan Imlek tahun Jian Long pertama pada masa pemerintahan Kaisar Tai Zu dari Dinasti Song Utara (960 Masehi), sebagai putri ke 7. Ayahnya bernama Lin Yuan yang pernah menduduki jabatan sebagai pengurus di Provinsi Fujian.

A. Masa Kecil hingga Remaja
Semenjak kecil, Lin Mo Niang telah menunjukkan kecerdasan luar biasa. Ia masuk sekolah pada usia 7 tahun dan tidak pernah lupa pada apa yang telah diajarkan padanya. Lin Mo Niang juga tekun berdoa, berbakti pada orang tua, dan suka menolong para tetangganya yang sedang kesulitan.

Oleh sebab itu, Beliau sangat dihormati semua orang. Konon Beliau mendapatkan kitab suci rahasia dari Maha Dewa Tai Shang Lao Jun (太上老君). Beliau juga mahir mengobati penyakit sehingga orang-orang desa memanggilnya Ling Nu (令女; Gadis Mukzizat), Long Nu (龙女; Gadis Naga), dan Shen Gu (神姑; Bibi Sakti).

Meskipun tinggal di tepi pantai, Lin Mo Niang baru belajar berenang saat berusia 15 tahun. Namun Beliau segera menjadi perenang yang hebat. Ia mengenakan pakaian berwarna merah di tepi pantai untuk memandu kapal-kapal nelayan kembali ke rumah, sekalipun pada saat itu cuaca sedang sangat buruk dan berbahaya.

B. Menyelamatkan Ayah dan Saudara-Saudaranya
Dikisahkan bahwa ayah serta saudara2 lelaki Lin Mo Niang bekerja sebagai nelayan. Suatu hari, badai topan yang sangat mengerikan menimpa lautan pada saat mereka sedang mencari ikan. Seluruh keluarga Lin Mo Niang sangat mengkhawatirkan nasib mereka

Satu versi menuliskan Lin Mo Niang sedang mendoakan nasib ayah dan saudara-saudaranya; versi lain menceritakan Ia memperoleh penglihatan gaib akan ayah dan saudara-saudaranya yang tenggelam saat ia tertidur atau saat duduk termenung.

Disaat Lin Mo Niang sedang berusaha menolong mereka dengan kekuatan batinnya (memproyeksikan dirinya di hadapan ayah dan saudaranya), ibunya tiba2 membangunkan Lin Mo Niang, sehingga Ia tidak sempat menolong semuanya dan menjatuhkan kembali saudara2 nya.

Hanya Ayah Lin Mo Niang saja yang kembali dengan selamat, dan menceritakan kepada seluruh penduduk mengenai keajaiban yang Beliau alami. Versi lain menyebutkan ayahnya tidak ikut dalam pelayaran, melainkan hanya ke-4 saudaranya saja yang pergi melaut. Ibunya tiba2 membangunkan Lin Mo Niang disaat sedang menolong saudaranya yang ke-4/terakhir.

Karena hidupnya yang sederhana dan banyak berbuat kebaikan, masyarakat sering memanggilnya dengan sebutan Lin San Ren (林善人; orang yang berhati baik). Beliau dikenal sebagai Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung perantauan etnis Tiongkok di wilayah bagian Selatan dan di Asia Tenggara.

Beliau meninggal pada usia ke 28 pada tahun 987; dan setelah kematian nya Beliau banyak dihormati dan dipuja sebagai seorang Dewi dalam Agama TAO.

Pemujaan Tian Shang Sheng Mu dimulai pada dinasti Song dan terus berkembang terutama pada wilayah pesisir pantai dimana penduduknya bergantung dengan aktivitas kelautan, terutama di daerah Zhejiang, Fujian, Guangdong, Hainan, Taiwan dan tempat-tempat lain di Asia Timur dan Asia Tenggara.

Hari Kebesaran Tian Shang Seng Mu (天上圣母) diperingati setiap tanggal 23 bulan 3 Imlek.



Jiang Ziya



Lu Shang (呂尚) umumnya dikenal dengan nama Jiang Ziya (姜子牙) atau Jiang Shang (姜尚), adalah salah seorang pendiri negara bagian Qi. Beliau hidup pada masa abad ke 11 Sebelum Masehi. Sebagai penasihat utama Raja Wen dan Raja Wu dari Zhou, ia memegang peranan penting dalam mengalahkan negara bagian Shang dan Yin. Ia adalah kepala komandan militer dan pendiri Dinasti Zhou Barat.

Setelah Raja Wu mendirikan Dinasti Zhou, Lu Shang dianugerahi wilayah Qi, yang kemudian berkembang menjadi negara yang kuat selama Zaman Musim Semi dan Gugur dan Periode Negara Berperang. Sebagai pendiri negara Qi, gelar anumertanya adalah Adipati Tai dari Qi (Hanzi : 齊太公; pinyin: Qí Tài Gōng).

Sebagai ahli siasat, pemimpin militer dan politikus yang luar biasa, pengaruh Lu Shang dapat dirasakan sepanjang masa Tiongkok Kuno. Ia dikenal luas dalam tulisan-tulisan bersejarah dan dihormati sebagai ahli tertinggi oleh berbagai sekolah filosofi, termasuk Konfusianisme, Taoisme, Legalisme dan Militerisme.

Lu Shang lahir di Donghai (sekarang kota Rizhao) propinsi Shandong pada abad ke 11 Sebelum Masehi. Nama keluarganya adalah Jiang dan nama pemberiannya adalah Shang. Ia tergolong dalam clan Lu-Shi. Nama kehormatannya adalah  “Ya” dan “Jiang Tai-Gong” dan gelar kehormatannya adalah “Ziya”. Raja Wu dari Zhou menyebutnya “Shi Shangfu”. Lu Shang adalah generasi ke 54 dari keturunan Kaisar legendaris Yan Di Shen Nong.

Jiang Taigong Memancing Tanpa Kail

Raja Zhou dari Shang merupakan seorang tirani yang tak kenal ampun, dan Raja Wen dari Zhou ingin menggulingkannya. Guru dari Lu Shang yang memanggilnya dengan nama Jiang Ziya mengirimkannya ke dunia sekuler untuk membantu Raja Wen.

Jiang Ziya merasa bahwa karena ia sudah berusia lebih dari 50 tahun, dan ia tidak mengenal Raja Wen, tidak mungkin baginya untuk memperoleh kepercayaan dari Raja Wen. Karenanya, ia pergi memancing di rute yang diambil Raja Wen untuk kembali ke Ibukota.

Kail ikan biasanya melengkung di salah satu ujungnya. Namun, Jiang Ziya berhasil menangkap banyak ikan tanpa kail dan umpan. Saat Raja Wen melihat ini, ia tahu bahwa Jiang Ziya memiliki kemampuan khusus.

Setelah berbicara dengannya, Raja Wen yakin bahwa Jiang Ziya memang pria yang berbakat dan memutuskan untuk memberinya tugas-tugas penting. Jiang Ziya kemudian membantu Raja Wen dan putranya untuk menaklukan Raja Zhou dan mendirikan Dinasti Zhou.

Saat diangkat menjadi adipati negara bagian Qi (sekarang propinsi Shandong). ia memerintah wilayah tersebut dengan mengeksploitasi sumber daya alamnya. Ia memprakarsai peternakan dan kegiatan-kegiatan untuk memproduksi garam.

Negara bagian itu dengan cepat menjadi makmur dan memeperkuat pemerintahan Dinasti Zhou di bagian timur. Kemudian, ia membantu Raja Wu, Raja Cheng dan Raja Kang dalam mempromosikan kemajuan dan perkembangan sosial.

Ahli Strategi Militer

Lu Shang merupakan ahli strategi dan penasihat yang hebat. Ajarannya dalam bidang militer, politik dan kebudayaan menjadi dasar bagi generasi yang akan datang, dan diikuti oleh orang-orang Tiongkok. Ia juga menulis kitab ilmu perang yang masih terkenal sampai sekarang, yang menjadi dasar dari ilmu perang Sun Zi beberapa ratus tahun kemudian.

Ideologi Politik

Setelah Lu Shang mendirikan fondasi negara bagian Qi, ia menjaga agar kerajaan itu tidak dimiliki oleh hanya satu orang, tapi oleh seluruh rakyat. Karenanya, raja harus mencari keuntungan untuk rakyatnya, dan harus mengemban tanggung jawab menciptakan mata pencarian untuk mereka. Inilah cara untuk meraih dukungan rakyat dan menyatukan negeri.

Mencintai Rakyat

Lu Shang percaya bahwa mencintai rakyat berarti memenangkan dukungan mereka dengan kebajikan dan menanam kebaikan. Menurut Lu Shang, pemimpin harus  mendengarkan pendapat rakyat, mencintai rakyat, menyatukan rakyat dan mempraktikkan kebajikan dan kebenaran.

Dengan begitu, orang yang memenangkan hari rakyat pastilah bukan orang yang meraih pencapaian ini dengan paksa atau kekejaman. Sebaliknya, ia akan bisa memimpin dengan kebajikan, sambil menanam kebaikan, dan melarang kelaliman.

Lu Shang percaya bahwa sebuah negara bisa menjadi kuat hanya jika rakyatnya makmur. Jika para pejabat menikmati kekayaan sementara rakyatnya tetap miskin, penguasa tersebut takkan bertahan lama. Raja Wen membawa kemajuan dan kemakmuran di negara bagian Zhou dengan mengikuti pedoman ini.

Pikiran Rakyat

Lu Shang sangat percaya akan humanisme. Untuk menstabilisasi kerajaannya, Lu Shang berkata “Seperti surga memiliki siklusnya sendiri, rakyat memiliki kehidupan sehari-hari dan pekerjaannya sendiri”. Lu Shang adalah seorang peraih kesuksesan yang berbakat dalam sejarah Tiongkok kuno.

Beliau juga merupakan tokoh hebat pertama yang muncul dalam panggung pertunjukkan sejarah Tiongkok. Sebagai Dewa Religi, ia dipuja sebagai Dewa Seni Bela Diri dan Dewa Kecerdasan. Lu Shang masih dianggap sebagai Dewa Pelindung. Banyak yang masih percaya, “jika Taigong ada disini, tak ada yang perlu ditakutkan”.


Kamis, 11 April 2019

Dewa Er Lang Shen


Menurut sejarah, Er Lang Shen (二郎神; Hokkian : Ji Long Sin) adalah putra dari seorang gubernur dari propinsi Sichuan yang hidup pada jaman Dinasti Qin, dengan nama Li Bing. Pada waktu itu Sungai Min (Minjiang, salah satu cabang Sungai Yang Zi yang bermata air di wilayah Sichuan) seringkali mengakibatkan banjir di wilayah Guankou (dekat Chengdu). Sebagai gubernur yang peka akan penderitaan rakyat, Li Bing segera mengajak putranya Li Er Lang meninjau daerah bencana dan memikirkan penanggulangannya.

Rakyat Guankou yang sudah putus asa menghadapi bencana banjir yang selalu menghancurkan rumah dan sawah ladang, tampak pasrah dan mengandalkan para dukun untuk menghindarkan bencana. Para dukun menggunakan kesempatan ini untuk memeras dan menakut-nakuti rakyat.

Dikatakan bencana banjir itu diakibatkan karena Raja Naga ingin mencari istri. Maka penduduk diharuskan setiap tahun mengirimkan seorang gadis untuk dijadikan pengantin Raja Naga di Sungai Min itu. Maka tiap tahun diadakan upacara penceburan gadis di sungai yang dipimpin oleh dukun dan diiringi oleh ratap tangis orang tua sang gadis.

Li Bing bertekad mengakhiri semua ini dan berusaha menyadarkan rakyat bahwa bencana dapat dihindari asalkan mereka bersedia bergotong-royong memperbaiki aliran sungai. Usaha ini tentu saja ditentang keras oleh para dukun yang melihat bahwa mereka akan rugi apabila rakyat tidak percaya lagi pada mereka.

Untuk menghadapi mereka, Li Bing mengatakan bahwa putrinya bersedia menjadi pengantin Raja Naga untuk tahun itu. Dia minta sang dukun untuk memimpin upacara. Sebelumnya Li Bing memerintahkan Er Lang untuk menangkap seekor ular air yang sangat besar, dimasukkan dalam karung dan disembunyikan di dasar sungai.

Pada saat diadakan upacara mengantar pengantin di tepi sungai, Li Bing mengatakan pada dukun kepala, bahwa ia ingin sang Raja Naga menampakkan diri agar rakyat bisa melihat wajahnya. Sang dukun marah dan mengeluarkan ancaman.

Tapi Li Bing yang telah bertekad mengakhiri praktek yang kejam dan curang ini bersikeras agar sang dukun menampilkan wujud Raja Naga. Pada saat yang memungkinkan untuk bertindak, Li Bing memerintahkan Er Lang untuk terjun ke sungai dan memaksa sang Raja Naga untuk keluar.

Setelah menyelam sejenak Er Lang muncul kembali sambil menyeret bangkai ular air itu ke tepi. Penduduk menjadi gempar. Li Bing menyatakan bahwa sang Raja Naga yang jahat sudah dibunuh, rakyat tidak usah risau akan gangguannya lagi dan tidak perlu mengorbankan anak gadis setiap tahun.

Setelah itu Li Bing mengajak rakyat untuk bergotong-royong membangun bendungan untuk mengendalikan Sungai Min. Usaha ini akhirnya berhasil dan rakyat di daerah itu terbebas dari bencana banjir. Untuk memperingati jasa-jasa Li Bing dan Er Lang di tempat itu kemudian didirikanlah klenteng peringatan.

Pendapat lain mengatakan bahwa sebetulnya Er Lang Shen adalah Zhao Yu yang hidup pada jaman Dinasti Sui (581-618 SM). Kaisar Sui Yang Di (605-617 SM) mengangkatnya sebagai walikota Jia Zhou. Ia pernah membunuh seekor naga yang ganas di sungai dekat kota itu. Oleh penduduk kota Ia kemudian diangkat menjadi Er Lang Shen. Pada saat itu Ia berumur 26 tahun.

Setelah kerajaan Sui runtuh, Ia menghilang tidak tentu rimbanya. Pada suatu ketika Sungai Jia Zhou kembali meluap, di antara halimun dan kabut yang menyelimuti daerah itu, terlihat seorang pemuda menunggang kuda putih, diiringi beberapa pengawal, membawa anjing dan burung elang, lewat di atas sungai itu.

Itulah Zhao Yu yang turun dari langit. Untuk mengenang jasa-jasanya penduduk mendirikan klenteng di Guankou dan menyebutnya Er Lang dari Guankou. Oleh Kaisar Zheng-zong dari dinasti Song, Ia diberi gelar Qing Yuan Miao Dao Zhen Jun (Ceng Goan Biau To Cin Kun) atau malaikat berkesusilaan bagus dari sumber yang jernih.

Er Lang Shen banyak dipuja di Propinsi Sichuan. Beberapa klenteng besar yang didirikan khusus untuknya terdapat di Chengdu yaitu Er Lang Miao, di Guan Xian dengan nama Guan Kou Miao, di Baoning, Ya-an dan beberapa tempat lain dengan nama Er Lang Miao.

Kecuali Sichuan, Propinsi Hunan juga memiliki beberapa klenteng Er Lang yang cukup kuno. Er Lang Shen ditampilkan sebagai seorang pemuda tampan bermata tiga, memakai jubah keemasan, membawa tombak bermata tiga, diikuti seekor anjing, kadang-kadang ditambah dengan seekor elang.

Dia dianggap sebagai Dewa Pelindung Kota-Kota di tepi sungai dan sering ditampilkan bersama Maha Dewa Tai Shang Lao Jun sebagai pengawal. Bagi umat yang beragama Tao, Er Lang Shen dianggap mempunyai kesaktian yang luar biasa untuk menghadapi roh atau setan yang jahat.

Hari besarnya diperingati setiap tanggal 28 bulan 8 Imlek


Rabu, 10 April 2019

Dewi Jiu Tian Xuan Nu


Jiu Tian Xuan Nu (九天玄女) merupakan salah satu Dewi Besar Agama Tao. Jiu Tian Xuan Nu adalah Dewi yang sering membantu pahlawan-pahlawan. Konon, cerita pada jaman raja satria Huang Ti yang pernah mengajarkan rakyat menanam palawija. Sebelum Huang Ti menyatukan negara, Beliau pernah perang dasyat melawan Je Yu. Je Yu itu adalah sebangsa hewan yang aneh, badannya merupakan binatang tapi dia memakai bahasa manusia, juga makan batu dan pasir untuk hidup. Je Yu ini biasa disebut badan kuningan kepala besi.

Pada waktu perang di daerah Juk Luk, Je Yu ini membuat kabut besar yang menyebabkan tentara-tentara Huang Ti menjadi kehilangan arah. Tetapi untungnya para anak buah itu menciptakan kereta kompas. Dengan kereta tersebut, mereka baru bisa lolos dari kepungan kabut tadi.

Sedang pusing dengan taktik perang, malamnya Huang Ti bermimpi bertemu dengan Dewi Si Wang Mu dan berkata padanya: “Saya akan mengirimkan utusan untuk membantu kamu, kamu akan menang perang”.

Lalu Huang Ti membuat altar dan berdoa / sembahyang tiga hari tiga malam. Hasilnya, nampaklah Jiu Tian Xuan Nu, memberinya Kitab Suci, Pusaka, Buku Perang dan lain-lainnya; hingga Huang Ti dapat mengalahkan Je Yu dan dapat menyatukan negara.

Waktu itu, yang Huang Ti dapatkan adalah Buku Suci Huang Ti Yin Fu Cing yang dihargai oleh generasi selanjutnya. Konon, Jiu Tian Xuan Nu pernah membantu Sung Ciang. Sung Ciang ini merupakan Ketua daerah Liang San Be yang sering membantu orang-orang miskin yang kekurangan. Dalam cerita buku “Sui Hu Juan”, pada waktu Sung Ciang dalam perjalanan menuju Liang San Be, dia dikejar-kejar oleh musuh.

Lalu dia bersembunyi di dalam sebuah kuil, ternyata dia diketahui oleh musuhnya, kelihatan maut sudah menunggu. Namun, pada saat detik-detik bahaya, di belakang altar dalam kuil tersebut timbul gumpalan awan hitam dan meniupkan seuntai angin keras yang dingin. Musuh yang mengejar ketakutan melihat keadaan aneh mendadak itu dan lari tunggang langgang.


Tidak lama kemudian, tampak dua anak perempuan berbaju hijau di hadapan Sung Ciang dan mengajaknya pergi untuk menemui Seorang Dewi. Dewi tersebut adalah Jiu Tian Xuan Nu. Kemudian, Sung Ciang diajak makan kurma dan minum arak yang harum.

Jiu Tian Xuan Nu juga berkata padanya: “Saya akan memberitahu kamu tiga jilid Buku Langit, kamu harus bisa menjalankan Tao dengan baik, jadi orang harus jujur, setia kawan, setia pada negara, yang jelek dan yang sesat dikikis semua dan dikembalikan pada kebenaran”.

Dewi Jiu Tian Xuan Nu juga berpesan bahwa buku-buku itu tidak boleh diperlihatkan pada orang lain, sesudah mantap, bakarlah buku-buku tersebut. Dewi juga menurunkan empat kata-kata langit yang cocok menjadi ramalan hidup Sung Ciang di kemudian hari.

Sesudah kejadian itu, Sung Ciang masih pernah bertemu lagi dengan Dewi Jiu Tian Xuan Nu, yaitu pada waktu dia jadi Jendral Dinasti Sung yang sedang perang sengit dengan tentara-tentara negeri Liao. Dewi Jiu Tian Xuan Nu mangajarkan tehnik perang yang kongkrit.

Dewi Jiu Tian Xuan Nu selalu mengulurkan tangan waktu raja kesatria dan pahlawan-pahlawan sedang mengalami kesulitan, sehingga boleh dikata sebagai “Dewi Membantu”. Selain itu Dewi Jiu Tian Xuan Nu juga mengajarkan cara-cara perang yang kongkrit. Oleh karena itu, ada orang yang menganggap Dewi Jiu Tian Xuan Nu sebagai “Dewi Perang”.

Hari besarnya diperingati setiap tanggal 9 bulan 9 Imlek.

Dewa Zhong Kui

 Dewa Zhong Kui

Dalam Kepercayaan Masyarakat Tiongkok, terdapat seorang Dewa yang bertugas untuk menangkap dan membasmi setan serta berbagai macam roh jahat yang mengganggu kehidupan manusia di Bumi. Dewa tersebut adalah Zhong Kui [钟馗]. Menurut legenda, Beliau adalah seorang tokoh yang pernah hidup pada zaman dinasti Tang tepatnya pada masa pemerintahan Kaisar Tang Xuanzong [唐玄宗] 712-756 Masehi.

Menurut cerita legenda, Zhong Kui tinggal di daerah Zhongnan (终南) Provinsi Yongzhou (雍州) pada masa Dinasti Tang (sekarang Kota Xi’an Provinsi Shan Xi (陕西). Zhong Kui memiliki rupa yang tidak rupawan; berpenampilan agak aneh serta berbeda dari kebanyakan orang pada umumnya. Meski Beliau memiliki wajah yang menakutkan; namun Zhong Kui memiliki talenta yang hebat dan berhati baik.

Pada awal pemerintahan Kaisar Xuanzong dari Tang, Zhong Kui mengikuti ujian kenegaraan di ibukota. Saat penilaian ujian berlangsung, pejabat Negara yang bernama Lu Qi menilai Zhong Kui hanya berdasarkan rupanya dan berusaha menjelekkan dirinya di depan Kaisar. Padahal semua esai yang ia tulis memiliki kualitas tinggi sehingga dipuji oleh pemimpin dari juri istana.

Karena itu meskipun Zhong Kui berhasil mendapatkan gelar “Zhuangyuan” sebagai penghargaan tertinggi dalam ujian kenegaraan, namun tidak berselang lama gelarnya dilucuti oleh Kaisar karena penampilannya yang buruk rupa.

Karena kecewa Beliau akhirnya bunuh diri dengan cara membenturkan kepalanya ke dinding istana. Dalam penilaiannya, Raja Neraka melihat potensi di Zhong Kui karena kecerdasannya dalam mendapatkan penghargaan tertinggi dalam ujian kenegaraan, namun dikutuk ke neraka karena Beliau melakukan bunuh diri.

Raja Neraka kemudian kemudian memberinya gelar sebagai “Raja Setan“, yang selamanya bertugas untuk berburu, menangkap, dan memelihara ketertiban para hantu dan roh jahat yang bergentayangan yang mengganggu manusia.


Menurut cerita legenda lainnya, pada masa Dinasti Tang, Kaisar Tang Xuan Zong yang merupakan kaisar yang berkuasa pada saat itu sedang sakit keras dalam perjalanannya ke daerah-daerah wilayah kekuasaan Dinasti Tang. Banyak cara yang telah dilakukan oleh tim dokter kekaisaran untuk menyembuhkan sang Kaisar, namun semuanya tidak menemukan hasil yang berarti.

Namun suatu malam, Kaisar Tang Xuanzong bermimpi adanya sesosok hantu kecil yang mencuri sebuah tas milik Permaisuri Yang Guifei (杨贵妃) dan sebuah seruling milik Kaisar sendiri. Dengan sangat marah, sang Kaisar mencela hantu kecil tersebut.

Namun beberapa saat kemudian muncul sesosok hantu besar dengan memakai topi seorang pejabat menangkap hantu kecil tersebut dan kemudian menelan hantu kecil tersebut. Kaisar Tang Xuan Zong kemudian bertanya kepada Hantu besar tersebut tentang dirinya.

Hantu besar tersebut kemudian menjawab “Nama saya adalah Zhong Kui, Saya sebenarnya adalah warga Zhong Nan Provinsi Yong yang berhasil lulus Ujian Negara dengan gelar Sarjana (Jìnshì; 进士), namun karena Kaisar pada saat itu tidak menyukai saya dengan alasan wajah saya yang terlalu menakutkan sehingga saya ditolak sebagai pegawai kekaisaran. Dengan perasaan yang sangat kesal dan kecewa, saya bunuh diri di hadapan Kaisar Tang De Zong”.

Pada keesokan harinya setelah Kaisar terbangun dari tidurnya merasa semua penyakitnya telah hilang. Sang Kaisar percaya ini karena bantuan dari Zhong Kui.

Karena itu sang Kaisar segera memerintahkan seorang pelukis yang terkenal pada saat itu yaitu Wu Dao Zi [吴道子] untuk menggambar rupa Zhong Kui dan menyebarkannya kepada rakyat Dinasti Tang agar mereka bebas dari segala gangguan makhlus halus serta dapat hidup dengan tenteram. Akhirnya gambar sosok Zhong Kui banyak dipasang di depan pintu rumah-rumah penduduk untuk mengusir roh jahat.

Dalam Ajaran Taoisme, Zhong Kui juga dikenal dengan sebutan gelar “Zhèn Zhái Shèng Jūn [镇宅圣君]” yaitu Raja Pelindung Rumah dan “Qū Mó Zhēn Jūn [驱魔真君]” yaitu Raja Pengusir Setan.

Senin, 08 April 2019

dewa & dewi sejit


Bulan 1 Imlek / Lunar
•    Tanggal 1 ( Ce It )    : Mi Le Fo / Buddha Maitreya Sejit.
•    Tanggal 6 ( Ce Lak )    : Co Su Kong Sejit.
•    Tanggal 8 ( Ce Pek )    : Tien Tie Kong Sejit.
•    Tanggal 13 ( Cap Sha )  : Kwan Seng Tek Kun Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )   : Sam Kuan Tai Tie Sejit.

Bulan 2 Imlek / Lunar
•    Tanggal 2 ( Ce Jie )    : Hok Tek Ceng Sin Sejit.
•    Tanggal 3 ( Ce Sha )    : Bun Chiang Te Kun Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )    : Tay Siang Lo Kun & Ciu Thian Sian Ni Sejit.
•    Tanggal 19 ( Cap Kaw )    : Kwan Im Hud Co Sejit.
•    Tanggl 21 ( Jie It )    : Phu Sian Pho Sat / Samantabhadra Sejit.
•    Tanggal 22 ( Jie Jie )    : Kwee Seng Ong Sejit.
•    Tanggal 25 ( Jie Go )    : Hian Tian Siang Tee Sejit.

Bulan 3 Imlek / Lunar
•    Tanggal 3 ( Ce Sha )    : Hian Thian Siang Tee Sejit.
•    Tanggal 9 ( Ce Kaw )    : Sia Jien Kong Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )    : U Lu Chai Sen & Hian Tan Kong
•    Tanggal 16 ( Cap Lak )    : Tjuen Thi Po Sat Sejit.
•    Tanggal 19 ( Cap Kaw )    : Tai Yang Seng Kun Sejit.
•    Tanggal 23 ( Jie Sha )    : Ma Co Po / Thian Siang Sing Bo Sejit.
•    Tanggal 25 ( Jie Go )    : Tjan Kue Tjo Su Sejit.

Bulan 4 Imlek / Lunar
•    Tanggal 4 ( Ce Shi )    : Wen Cu Po Sat / Manjushri Bodhisattva Sejit.
•    Tanggal 8 ( Ce Pek )    : Sakyamuni Buddha, Hoa Kung Koa Mu & Ho Hap Sien Sejit.                                             
•    Tanggal 14 ( Cap Shi )    : Lie Tung Ping & Han Tjung Lie Sejit.
•    Tanggal 18 ( Cap Pek )    : Huo To Sejit.

Bulan 5 Imlek / Lunar
•    Tanggal 6 ( Ce Lak )    : Co Su Kong Sejit.
•    Tanggal 13 ( Cap Sha )    : Kwan Ping Thai Cu Sejit.
•    Tanggal 18 ( Cap Pek )    : Chang Tian Se Sejit.
•    Tanggal 23 ( Jie Sha )    : Tien Kou (Anjing Langit) Sejit.

Bulan 6 Imlek / Lunar
•    Tanggal 3 ( Ce Sha )    : Wei Too Pho Sat Sejit.
•    Tanggal 6 ( Ce Lak )    : To Ti Pa Kung Po Po Sejit.
•    Tanggal 19 ( Cap Kaw )    : Kwan Im Hud Co Sejit.
•    Tanggal 24 ( Jie Shi )    : Kwan Seng Te Kun & Jie Liong Kun Nan Ji Tai Ti Sejit.                                                 
•    Tanggal 29 ( Jie Kaw )    : Sam Po Kong / Sam Po Tai Jin Sejit.

Bulan 7 Imlek / Lunar
•    Tanggal 1 ( Ce It )    : Tay Siang Lo Kun Sejit.
•    Tanggal 13 ( Cap Sha )    : Ta She Che Pho Sat & Sien Jin Ku Pho Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )    : Sam Koan Tay Tee Sejit.
•    Tanggal 19 ( Cap Kaw )    : Tai Sui Sejit.
•    Tanggal 22 ( Jie Jie )    : Cai Sen Ye (Dewa Rezeki) Sejit.
•    Tanggal 30 ( Sha Cap )    : Tee Cong Ong Pho Sat Sejit.

Bulan 8 Imlek / Lunar
•    Tanggal 3 ( Ce Sha )    : Tapekong Dapur & Pe Tew Seng Kun Sejit
•    Tanggal 8 ( Ce Pek )    : San Cie Fu Ren Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )    : Sun Go Kong, Hok Tek Ceng Sin, Tai Im Seng Kun, Fa Cu Pho Sat & Pau Kung Sejit.                                               
•    Tanggal 18 ( Cap Pek )    : Ciu Thian Sian Nie Sejit.
•    Tanggal 22 ( Jie Jie )    : Kwee Seng Ong Sejit.
•    Tanggal 27 ( Jit Cit )    : Kong Fu Cu Sejit.
•    Tanggal 28 ( Jie Pek )    : Erl Lang Sen Sejit.

Bulan 9 Imlek / Lunar
•    Tanggal 1 ( Ce it )    : Nan Tew Seng Kun Sejit.
•    Tanggal 9 ( Ce Kaw )    : Li Lo Cia & Hian Tian Siang Tee Sejit.
•    Tanggal 19 ( Cap Kaw )    : Kwan Im Hud Co Sejit.
•    Tanggal 29 ( Jie Kaw )    : Yao Se Fo / Buddha Bhaisajyaguru Sejit.

Bulan 10 Imlek / Lunar
•    Tanggal 3 ( Ce Sha )    : Mo San Cu She Sejit.
•    Tanggal 5 ( Ce Go )    : Tat Mo Tjo Su Sejit.
•    Tanggal 10 ( Cap  )    : Hua Kung Hua Mu Sejit.
•    Tanggal 12 ( Cap Jie )    : Chi Thien Ta Sen Fu Cu Sejit.
•    Tanggal 15 ( Cap Go )    : Sam Koan Tay Tee Sejit.
•    Tanggal 23 ( Jie Sha )    : Ceuw Chong Ciang Cun ( Pengawal Kwan Kong) Sejit.                                               

Bulan 11 Imlek / Lunar
•    Tanggal 6 ( Ce Lak )    : Co Su Kong Sejit.
•    Tanggal 9 Nov Solar    : Se Mien Fo Sejit.
•    Tanggal 17 ( Cap Chit ) : O Mi Tuo Fo Sejit.

Bulan 12 Imlek / Lunar
•    Tanggal 8 ( Ce Pek )    : Sakyamuni Buddha Memperoleh Penerangan.
•    Tanggal 16 ( Cap Lak )    : Hok Tek Ceng Sin & Tay Siang Lo Kun Sejit.
•    Tanggal 20 ( Jie Cap )    : Lo Pan Sejit.



Dewa Pintu (Men Shen [门神])

Dewa Pintu (Men Shen [门神])

Dewa Pintu atau disebut juga dengan Men Shen [门神] adalah Dewa yang bertugas untuk menjaga keselamatan, keharmonisan keluarga serta menghalau makhlus halus yang jahat dari rumah yang dijaganya. Menurut Sejarahnya, Dewa pintu yang kita kenal sampai saat ini adalah 2 orang Jenderal yang sangat terkenal dan berjasa atas berdirinya Dinasti Tang yaitu Jenderal Qin Shu Bao [秦叔宝] dan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德].

Bagaimana ceritanya sampai kedua Jenderal tersebut kemudian dikenal sebagai Dewa Pintu? Berikut ceritanya….

Setelah Kaisar Dinasti Tang yang bernama Li Shi Min [李世民] atau dikenal dengan gelar Kaisar Tang Tai Zong [唐太宗] naik tahta menjadi Kaisar, Dinasti Tang mengalami perkembangan Ekonomi yang sangat pesat dan Kondisi Politik yang Stabil serta kehidupan Rakyat yang Makmur.  Masa Kekuasaan Tang Tai Zong tersebut dikenal juga dengan “Zhēn Guàn Zhī Zhì [贞观之治]”. Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan bahagia melihat masa keemasan Dinasti Tang dibawah pemerintahaannya. Akan tetapi saat terjadinya insiden perebutan kekuasaan, sang kaisar telah membunuh adik dan kakak kandungnya  sendiri dan hal inilah yang sering membuatnya kuatir dan gelisah.

Pada suatu malam, Kaisar Tang Tai Zong sedang tidur dan tiba-tiba terbangun karena mendengar suara tangisan di luar kamarnya serta suara aneh dari atap kamarnya seperti ada orang diatasnya. Disamping itu juga terdapat suara orang yang mengetuk pintu, ada juga yang membanting jendela. Kaisar Tang Tai Zong segera memanggil Pengawalnya  untuk melakukan pemeriksaaan, tetapi tidak menemukan apa-apa. Setiap Kaisar Tang Tai Zhong memejamkan matanya pasti terdengar suara aneh seperti yang disebutkan tadi sampai pagi harinya setelah ayam berkokok.

Esok harinya, Kaisar Tang Tai Zong memanggil para kasim (Tai Jian [太监]), pembantu Istana, dan Pengawal untuk menanyakan kejadian malam tadi. Tetapi semuanya mengaku tidak mendengarkannya. Hal ini membuat Kaisar Tang Tai Zong makin gelisah dan selalu merasakan ada makhluk halus (roh jahat) yang menggangunya.

Malam selanjutnya juga terjadi hal aneh yang sama, malam ketiga, malam keempat, malam kelima, malam keenam sampai malam ketujuh. Pada hari ke delapan, saat rapat kerajaan dimulai, Kaisar Tang Tai Zong menceritakan kegelisahaannya dan hal-hal aneh yang dialaminya  setiap malam kepada para Menteri, Jenderal dan Pejabat tinggi Kerajaan.

Setelah Mendengarkan cerita dan keluhan sang Kaisar, seorang Jenderal yang bernama Qin Shu Bao [秦叔宝] langsung mengajukan diri bersama dengan Jenderal Yu Chi Jing De [尉迟敬德] untuk menjaga sang Kaisar setiap malam dan melakukan investigasi tentang apa yang sebenarnya yang sedang terjadi. Qin Shu Bao mengatakan bahwa dia telah banyak membunuh musuh dan jika mayat-mayat tersebut ditumpukkan bisa menjadi sebuah gunung, tetapi tidak pernah ada makhluk halus atau roh jahat yang mengganggunya. Jadi Qin Shu Bao tidak percaya sama sekali dengan tentang adanya makhluk halus atau roh jahat.  Kaisar Tang Tai Zong sangat senang dan langsung menyetujui dengan usulan tersebut.

Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De mengenakan Pakaian yang biasa dipakainya saat perang dan menjaga sang Kaisar dengan berdiri di sisi kanan dan sisi kiri pintu kamar sang Kaisar. Karena merasa telah dijaga oleh dua Jenderal yang dipercayanya, Kaisar Tang Tai Zong merasa aman dan tenang sehingga tidur dengan nyenyak dan tidak lagi mendengarkan suara aneh apapun juga. Semenjak dijaga oleh kedua Jenderal tersebut, Kaisar Tang Tai Zong dapat tidur dengan nyenyak dan tidak pernah merasakan kegelisahan dan ketakutan lagi sehingga sang Kaisar dapat tidur dengan nyenyak.

Kaisar Tang Tai Zong juga menyadari bahwa tidak mungkin pula kedua Jenderal tersebut menjaganya setiap malam karena mereka juga perlu istirahat dan ada keluarga masing-masing sehingga sang Kaisar pun memerintahkan pelukis yang terbaik di negerinya untuk melukiskan Gambar yang menyerupai keZAadua Jenderal tersebut untuk ditempelkan di sisi kiri dan kanan pintu kamarnya.

Semenjak lukisan yang menyerupai Jenderal Qin Shu Bao dan Yu Chi Jing De ditempelkan di sisi kanan dan kiri kamarnya, sang Kaisar pun tidak pernah lagi mendengarkan suara aneh seperti yang pernah dialami sebelumnya sehingga dapat tidur dengan nyenyak dan nyaman. Menurut Kaisar Tang Tai Zong, lukisan tersebut memiliki manfaat untuk menghalau makhluk halus atau roh jahat.

Kaisar Tang Tai Zong juga memuji kedua jenderal tersebut dengan sebutan “Men Shen [门神]” atau Dewa Pintu.

Cara menempel lukisan Jenderal Qin Shu Bao dan Jenderal Yu Chi Jing De (terkenal dengan lukisan Dewa Pintu)  kemudian ditiru oleh Masyarakat umum dengan maksud yang sama yaitu untuk menghalau dan mengusir makhlus halus dan roh jahat agar tidak menggangu keluarga mereka.

Sampai saat itu kebanyakan warga Tionghoa masih mempercayai bahwa dengan menempelkan lukisan Dewa Pintu ini dapat mengusir dan menghalau makhluk halus atau roh jahat sehingga semua anggota keluarga dapat bebas dari gangguan makhlus halus atau roh jahat tersebut.

Catatan :

Nama panggilan lain dari Qin Shu Bao [秦叔宝] adalah Qin Qiong [秦琼]



Nama panggilan lain dari Yu Chi Jing De [尉迟敬德] adalah Yu Chi Gong [尉迟恭]

Minggu, 07 April 2019

Kisah Kwan Im Tangan Seribu



Kwan Im Po Sat atau Guan Yin Phu Sa, sering disebut juga dengan Kwan Shi Im Po Sat atau Guan Shi Yin Phu Sa, yang sesungguhnya merupakan terjemahan secara harafiah dari bahasa Sansekerta :
Avalokitesvara Bodhisatva, yang memiliki arti :
- Avalokita (Koan / Guan / Koan Si / Guan Shi), berarti melihat ke bawah, mendengarkan ke bawah. Bawah disini bermakna ke dunia, yang merupakan suatu alam (lokita).
- Isvara (Im / Yin), berarti suara. Yang dimaksud adalah suara dari makhluk-makhluk yang menjerit atas penderitaan yang dialaminya.

Oleh sebab itu Kwan Im adalah Bodhisatva yang melambangkan kewelas-asihan dan penyayang. Di negara Jepang, Koan Im Po Sat terkenal juga dengan nama Dewa Kanon.
Sewaktu agama Buddha memasuki daratan Tiongkok, pada jaman dinasti Han, Avalokitesvara awal mulanya diperkenalkan sebagai sosok seorang pria. Dengan berjalannya waktu, dan juga karena pengaruh dari ajaran Tao dan Khong Hu Cu, maka menjelang era dinasti Tang, akhirnya Avalokitesvara ditampilkan sebagai sosok seorang wanita.

Dari pengaruh ajaran Tao, perubahan ini mungkin terjadi karena jauh sebelum mereka mengenal Avalokitesvara, mereka telah memuja dewi Tao yang biasa disebut ‘Niang-niang’. Karena adanya legenda puteri Miao Shan yang sangat terkenal, mereka memunculkan tokoh wanita yang disebut ‘Guan Yin Niang Niang’, sebagai pendamping Avalokitesvara pria. Lambat laut tokoh Avalokitesvara pria mulai dilupakan orang, dan sebaliknya tokoh Guan Yin Niang Niang menggantikan posisinya dengan sebutan Guan Yin Pu Sa.
Dari pengaruh ajaran Khong Hu Cu, mereka beranggapan bahwa kurang layak apabila kaum wanita memohon anak pada seorang dewata pria. Bagi para penganutnya, hal itu dianggap sebagai keinginan Koan Im sendiri untuk mewujudkan dirinya sebagai seorang wanita, agar ia dapat lebih leluasa menolong kaum wanita yang membutuhkan pertolongannya.

Dari sini jelaslah bahwa sesungguhnya tokoh Avalokitesvara memang berasal dari India, namun tokoh Koan Im Po Sat (Guan Yin Pu Sa) adalah asli seratus persen bersifat Tionghoa dan dipengaruhi oleh ajaran Taoisme. Avalokitesvara memiliki tempat suci di gunung Potalaka – Tibet, sedangkan Koan Im Po Sat memiliki tempat suci di gunung Pu Tao Shan – di kepulauan Zhou Shan, Tiongkok. Jadi jelaslah bahwa tokoh Avalokitesvara merupakan pendorong awal timbulnya tokoh Koan Im Po Sat .

Qian Shou Guan Shi Yin Pu Sa

Dewasa ini tokoh Koan Im Po Sat di-identik-kan dengan legenda Puteri Miao Shan, anak dari raja Miao Zhuang dari negeri Xing Lin. Raja Miao Zhuang memerintah kira-kira pada akhir dinasti Zhou (abad 3 SM). Diceritakan bahwa sebenarnya raja Miao Zhuang sangat mendambakan seorang anak lelaki, tapi yang dimilikinya hanyalah tiga orang puteri. Puteri tertua bernama Miao Shu, yang kedua bernama Miao Yin dan yang bungsu bernama Miao Shan.
Setelah ketiga puteri tersebut menginjak dewasa, raja mencarikan jodoh bagi mereka. Puteri pertama memilih jodoh seorang pejabat sipil, dan yang kedua memilih seorang jendral perang sebagai suaminya. Sedangkan puteri Miao Shan tidak berniat untuk menikah, tetapi ia malah meninggalkan istana dan menjadi bhiksuni di klenteng Bai Que Shi.

Berbagai cara diusahakan oleh raja Miao Zhuang agar puterinya mau kembali dan menikah. Tapi puteri Miao Shan tetap berteguh pada pendiriannya. Hingga pada suatu ketika, raja Miao Zhuang habis kesabarannya. Diperintahkannya para prajurit untuk menangkap dan menghukum mati puteri Miao Shan.
Kwan im berjubah putih 白衣觀音

Setelah kematiannya, arwah puteri Miao Shan berjalan-jalan di neraka. Karena melihat penderitaan makhluk-makhluk yang ada di neraka, maka Miao Shan berdoa dengan tulus agar mereka berbahagia. Akibat doa yang diucapkan dengan penuh welas asih, tulus dan suci, maka suasana neraka segera berubah menjadi seperti sorga. Penguasa akherat, Yan Luo Wang, menjadi bingung setengah mati. Akhirnya arwah Miao Shan diperintahkan kembali ke badan kasarnya.
kwan im cahaya terang beserta kedua murid
Begitu bangkit dari kematiannya, Buddha Amitabha (O Mi To Hud) muncul di hadapan Miao Shan, dan memberikan buah persik dewa. Akibat makan buah persik dewa itu, Miao Shan tidak lagi mengalami rasa lapar, ketuaan maupun kematian. O Mi To Hud lalu menganjurkan agar Miao Shan berlatih kesempurnaan di gunung Pu Tuo, dan Miao Shan-pun pergi ke gunung Pu Tuo dengan diantar seekor harimau jelmaan dari dewa Bumi (tu ti kong).
Sembilan tahun berlalu, suatu ketika raja Miao Zhuang menderita sakit parah. Berbagai tabib dan obat telah dicoba, tetapi tidak satupun yang membawa hasil. Puteri Miao Shan yang mendengar berita itu, lalu menyamar menjadi seorang pendeta tua dan datang menengok. Namun ternyata sang raja telah wafat.

yáng liǔ guānyīn

Dengan kesaktiannya, puteri Miao Shan melihat bahwa arwah ayahnya dibawa masuk ke neraka, dan mengalami siksaan yang hebat. Karena bhaktinya, maka puteri Miao Shan pergi ke neraka untuk menolong ayahnya. Pada saat akan menolong ayahnya melewati gerbang dunia akherat, puteri Miao Shan dan ayahnya dikerubuti setan-setan kelaparan. Agar Ia dan ayahnya dapat melewati setan-setan kelaparan itu, puteri Miao Shan memotong tangan untuk dijadikan santapan setan-setan kelaparan.

Setelah hidup kembali, raja Miao Zhuang menyadari bahwa bhakti puteri ketiganya sungguh luar biasa. Ia menjadi sadar dan mengundurkan diri dari pemerintahan, dan bersama-sama dengan keluarganya pergi ke gunung Xiang Shan untuk bertobat dan mengikuti jalan Buddha.

Sementara itu, rakyat yang mendengar perbuatan Miao Shan yang amat berbhakti, hingga rela mengorbankan tangannya, menjadi terharu. Mereka berbondong-bondong membuatkan tangan palsu untuk puteri Miao Shan. O Mi To Hud yang melihat ketulusan rakyat, kemudian merangkum semua tangan palsu tersebut dan mengubahnya menjadi suatu bentuk kesaktian serta memberikannya kepada Miao Shan. Lalu Ji Lay Hud memberinya gelar Qian Shou Qian Yan Jiu Ku Jiu Nan Wu Shang Shi Guan Shi Yin Pu Sa, yang artinya Bodhisatva Koan Im penolong kesukaran yang bertangan dan bermata seribu yang tak ada bandingnya.

Dalam bagian lain dikisahkan bahwa pada saat Koan Im diganggu oleh ribuan setan, iblis dan siluman, ia menggunakan kesaktiannya itu untuk melawan mereka. Ia merubah dirinya menjadi bertangan seribu dan bermata seribu, dengan masing-masing tangan memegang senjata yang berlainan.

Kisah Koan Im tangan seribu ini juga banyak versinya, antara lain yang cukup dikenal ialah cerita saat puteri Miao Shan sedang bermeditasi dan merenungkan penderitaan umat manusia, tiba-tiba kepalanya pecah menjadi berkeping-keping. O Mi To Hud yang mengetahui hal itu segera menolong dan memberikan seribu tangan dan seribu mata, sehingga Koan Im dapat mengawasi dan memberikan pertolongan lebih banyak kepada manusia.
Koan Im dengan tangan seribu ini dikenal dengan sebutan Jeng Jiu Koan Im (Qian Shou Guan Yin).

Dalam legenda puteri Miao Shan, juga diceritakan bahwa kakak-kakak Miao Shan setelah bertobat dan mencapai kesempurnaan, mereka diangkat sebagai Po Sat oleh Giok Hong Siang Te. Puteri Miao Shu diangkat sebagai Bun Cu Po Sat (Wen Shu Pu Sa) dan puteri Miao Yin sebagai Po Hian Po Sat (Pu Xian Pu Sa).

Diceritakan pula bahwa pada saat pelantikan puteri Miao Shan menjadi Po Sat, Miao Shan ‘diberi’ dua orang pengawal, yakni Long Ni dan Shan Cai. Konon, Long Ni diberi gelar Giok Li (Yu Ni) atau gadis kumala dan Shan Cai bergelar Kim Tong (Jin Tong) atau jejaka emas.

Long Ni asalnya adalah cucu dari Liong Ong (raja naga), yang diberi tugas menyerahkan mutiara ajaib kepada Koan Im, sebagai rasa terima kasih dari Liong Ong karena telah menolong puterinya. Ternyata Long Ni justeru ingin menjadi murid Koan Im dan mengabdi kepadanya.

Asal Usul 12 Shio dalam Tradisi Tionghoa













Legenda Asal Usul 12 Shio Tionghoa – Tikus, Kerbau, Harimau, Kelinci, Naga, Ular, Kuda Kambing, Monyet, Ayam, Anjing dan Babi adalah Simbol Binatang dalam 12 Shio Tradisi Tionghoa. Setiap Binatang menandakan 1 tahunan, terdapat 12 binatang yang melambangkan 12 tahunan dalam kalender Imlek. Pada Tahun ke 13, Lambang Binatang akan kembali lagi pada nomor urut pertama dan seterusnya. 12 (dua belas) binatang tersebut harus berurut sesuai dengan nomor urutan. Jadi Tikus merupakan binatang yang menduduki nomor urut pertama dan yang paling terakhir adalah Babi.

Mengapa Tikus berada dalam nomor urut pertama? Mengapa 12 binatang tersebut yang dipilih? Sampai saat ini tidak ada seorang pun yang dapat menjawabnya dengan pasti. Tetapi banyak cerita maupun legenda yang beredar di Masyarakat Tionghoa mengenai Asal-usul penggunaan 12 Binatang tersebut dalam Shio dan juga asal usul Tikus menduduki urutan pertama diantara binatang-binatang lainnya.

Berikut ini adalah salah satu Cerita Legenda Asal usul 12 Shio dan Binatang-binatang yang diplihnya dalam melambangkan nama Tahun.

Konon, pada zaman dahulu kala di China, Masyarakat saat itu tidak mengetahui bagaimana caranya untuk menghitung Tahun, bulan, hari dan Waktu. Oleh sebab itu, Masyarakat saat itu memohon dan berdoa kepada Kaisar Langit (Yu Huang Da Di [玉皇大帝]) untuk mengajarkan cara perhitungan tersebut. Kaisar Langit (Yu Huang Da Di) kemudian berpikir bahwa Binatang dan Manusia mempunyai hubungan yang sangat dekat. Jika menggunakan Nama Binatang sebagai Nama Tahun, maka Manusia akan mudah mengingatkannya.

Tapi di Bumi terdapat banyak sekali jenis Binatang, bagaimana cara memilihnya?

Kaisar Langit akhirnya memutuskan untuk menyelenggarakan perlombaan penyeberangan Sungai pada Hari Ulang Tahunnya. 12 Binatang yang berhasil menyeberang dan mencapai titik akhir perlombaan  lebih duluan akan ditetapkan sebagai panggilan nama tahun. Setelah pengumuman tersebut diumumkan, semua binatang di muka bumi ini ingin memenangkan perlombaan agar nama mereka terdaftar sebagai lambang nama tahun.

Pada waktu itu, Kucing dan Tikus adalah teman baik, mereka sering makan dan tidur bersamaan. Tikus mengatakan kepada kucing bahwa dia ingin memenangkan Perlombaan ini agar nama “Tikus” dapat dijadikan lambang tahun, tetapi kesempatan untuk menang akan sangat kecil karena badannya yang kecil dan juga kemampuan berenang yang kurang baik. Kucing kemudian berkata “Karena badan kita kecil, kemampuan lari pun tidak cepat, oleh karena itu, kita harus bangun tidur lebih cepat. Si Kerbau biasanya bangun lebih pagi, kita minta si Kerbau untuk membangunkan kita pada hari perlombaan tersebut”. Si Tikus sangat senang setelah mendengarkan nasihat dari si Kucing.

Pada hari perlombaan, sebelum matahari terbit, si Kerbau pun menepati janjinya dengan membangunkan si Tikus dan si Kucing. Si Kerbau juga berbaik hati memperbolehkan si Tikus dan si Kucing untuk duduk di atas badannya. Sesampainya di pertengahan Sungai, si Tikus kemudian mendorong si Kucing jatuh ke Sungai. Karena si Kerbau hanya fokus pada pertandingan, si Kerbau pun tidak merasakan bahwa si Kucing telah jatuh ke Sungai. Pada saat hampir mendekati titik akhir perlombaan, si Tikus tiba-tiba loncat dari badan si Kerbau dan dengan sekuat tenaganya berlari menuju ke titik akhir perlombaan. Si Tikus berhasil menjadi yang pertama (1) tiba di titik akhir perlombaan. Sesaat kemudian si Kerbau tiba mendapatkan urutan ke dua (2).

Beberapa saat kemudian si Harimau pun tiba dengan badannya yang basah kuyup, tetapi hanya dapat urutan ke tiga (3). 

si Naga kemudian muncul dari langit dan menuju ke titik akhir perlombaan, tetapi tiba-tiba si Kelinci muncul dan lebih dulu mencapai titik akhir perlombaan. Sebenarnya si Kelinci juga tidak bisa berenang, si Kelinci hanya meloncat-loncat dengan menginjak badan-badan binatang di permukaan sungai yang ikut dalam perlombaan.  Si Naga terlambat karena memiliki tugas untuk memberikan hujan di daerah timur. Dengan demikian si Kelinci mendapat urutan ke empat (4) dan si Naga menduduki urutan ke lima (5).

Tak lama kemudian muncullah Kuda, Kambing, Monyet, Ayam dan Anjing yang berusaha berlari menuju ke titik akhir perlombaan. Tiba-tiba muncul seekor ular besar dari padang rumput dan menduduki urutan ke enam (6). Kuda hanya mendapat urutan ke tujuh (7).  Kambing, Monyet dan Ayam adalah binatang yang tidak bisa berenang,  mereka mencari sepotong kayu besar untuk membantu mereka menyeberang sungai tersebut. Dengan modal sepotong kayu dan saling membantu, akhirnya mereka bertiga juga mampu mencapai titik akhir perlombaan. Kambing menduduki urutan ke delapan (8), Monyet ke Sembilan (9) dan Ayam mendapatkan urutan ke sepuluh (10).

Urutan sebelas (11) diduduki oleh si Anjing. Si Anjing sebenarnya dapat tiba lebih awal, tetapi karena sifatnya yang suka bermain, si Anjing akhirnya memilih untuk mandi dan bermain air dulu sebelum meyeberang sungai.

Urutan terakhir berhasil diraih oleh siapa? Masing-masing binatang sibuk melihat sana sini dengan penasaran siapa yang akan menjadi yang terakhir ini. Tiba-tiba dengar suara Babi yang terdengar dari jauh. Semua binatang merasa aneh, Babi merupakan binatang yang paling malas beraktivitas kok berniat juga mengikuti perlombaan. Sesampainya di titik akhir, dengan suara yang terengah-engah, si Babi bertanya kepada binatang-binatang lainnya “Apakah ada Makanan enak di sini?”. Semuanya menertawakan si Babi. Tetapi dengan demikian, si Babi juga berhasil mendapat tempat di urutan ke dua belas (12) dalam perlombaan ini.

Kaisar Langit kemudian mengumumkan para pemenang perlombaan beserta dengan urutannya “1. Tikus, 2. Kerbau, 3. Harimau, 4. Kelinci, 5. Naga, 6. Ular ……”. Tiba-tiba si Kucing muncul dengan badan yang basah dan bertanya kepada Kaisar Langit, “Saya dapat urutan ke berapa?”. Kaisar Langit kemudian menjawab “anda datang terlambat, perlombaan telah selesai”.

Mendengarkan jawaban tersebut, si Kucing sangat marah dan berkata, “Ini gara-gara si Tikus, saya akan memakannya….”. Cakar si Kucing hampir saja melukai di Tikus, Kaisar Langit dengan cepat mencegah tindakan si Kucing. Dengan hati yang takut dan bersalah, si Tikus kemudian meloncat ke samping Kaisar Langit untuk meminta perlindungan.

Si Tikus memang telah menang dalam perlombaan dan menjadi nomor satu di urutan 12 shio, tetapi karena perbuatannya, si Tikus setiap saat dikuatirkan dengan tindakan balas dendam si Kucing. Setiap melihat Kucing, si Tikus pasti ketakutan dan lari menghindarinya. Pada Siang hari, si Tikus juga harus bersembunyi di Lubang kecil agar tidak jumpa dengan si Kucing. Inilah akibat dari kesalahan si Tikus terhadap si Kucing.